Wednesday, July 31, 2013

Arsa Latafat #5


Bahkan setelah memandanginya untuk beberapa menit, Arsa masih belum bisa mengingat siapa gadis itu. Yah, maybe I was wrong. Mungkin saja gadis itu satu kampus dengannya—jika itu benar, maka mungkin gadis itu salah satu dari sekian banyak gadis yang pernah dijahilinya bersema teman satu gengnya, kan tidak mungkin ia hafal semua mahasiswi kampusnya—jadi ia merasa tidak asing dengan wajah itu. Atau bisa jadi, gadis itu gadis yang hampir saja ditabraknya saat ia kebut-kebutan Sabtu malam lalu, bisa saja kan?

Arsa melihatnya mulai beranjak pergi dari jembatan. Bagus deh, bisiknya dalam hati. Paing tidak, malamnya tidak semakin buruk seandainya gadis itu benar-benar memutuskan untuk bunuh diri tadi. Seiring dengan langkah gadis itu, Arsa pun bersiap untuk pergi. Namun sesaat sebelum ia menyalakan mesin motornya, suara seorang gadis yang terdengar begitu rapuh namun berusaha mengerahkan seluruh sisa tenaganya untuk berteriak mengurungkan niat Arsa untuk pergi.

“ Lepas!! Lepasin!! “

Suara itu terdengar jelas dari arah jembatan tempat si gadis tadi berdiri. Sesaat ia ragu apa yang harus dilakukannya. Matanya bergerak menjelajahi keadaan sekitar. Sunyi dan senyap, tak ada seorangpun. Hanya ada dirinya, gadis itu, dan entah apa yang terjadi di atas jembatan sana. Apa harus gue? Haahh..apa boleh buat. Seketika Arsa langsung berlari menaiki anak tangga menuju ke atas jembatan. Sesampainya di atas, di hadapannya ia bisa melihat seorang lelaki berpakaian compang-camping layaknya pengemis menahan kedua tangan seorang gadis yang tampaknya sedang berusaha melarikan diri. Lelaki itu menjatuhkan si gadis ke aspal dan si gadis memberontak, tapi rupanya ia sudah kehabisan tenaga.

“ Woi orang tua! Mau ngapain lo? “

Mendengar suara Arsa lelaki paruh baya itu terkejut dan menoleh ke belakang. Tanpa banyak bicara, Arsa melayangkan tinjunya ke wajah lelaki itu. Tubuhnya kehilangan keseimbangan setelah menerima pukulan Arsa dan ia jatuh terduduk. Arsa dapat melihat sedikit darah di ujung mulut lelaki itu. Ia kemudian mencengkeram kerah baju lelaki tersebut dan menariknya berdiri lagi.

Ditelusurinya lelaki itu dari atas sampai bawah. Sungguh ia tak habis pikir apa yang ada di dalam pikiran bapak paruh baya ini. Arsa mendecakkan lidahnya sambil menggelengkan kepala. Seulas senyum sinis terbentuk di wajahnya, kemudian ia berkata, “Orang setua bapak gak malu sama umur ya? Apa gak ada lagi yang bisa dipikirin selain ini?” Arsa kemudian melepas cengkramannya sambil mendorong si bapak itu menjauh darinya.

“ Pergi sekarang…atau saya bawa ke kantor polisi.” Kalimat dingin itu meluncur dari mulut Arsa. tanpa ba-bi-bu lagi lelaki tersebut mengambil langkah seribu dan pergi meninggalkan Arsa juga gadis itu. Arsa menghela napas panjang sambil berpikir, nasib burukkah ini sampai ia harus terlibat dalam situasi absurd seperti ini. Ia kemudian melirik gadis yang tidak bergerak di sebelahnya.

Sepertinya gadis itu pingsan. “Kalo dia pingsan gue mesti apa?!” Arsa meneriakki gadis itu seakan-akan ia bisa mendengarnya.Arsa mencoba menepuk beberapa kali pipi si gadis sambil berharap ia segera sadarkan diri, “Heh… Aduh heii! Bangun dong, lo bisa denger suara gue kan?”

*NB : maaf banget lama nge-rep nya hehe :D

No comments:

Post a Comment

 
;