Bahkan setelah memandanginya
untuk beberapa menit, Arsa masih belum bisa mengingat siapa gadis itu. Yah, maybe I was wrong. Mungkin saja
gadis itu satu kampus dengannya—jika itu benar, maka mungkin gadis itu salah
satu dari sekian banyak gadis yang pernah dijahilinya bersema teman satu
gengnya, kan tidak mungkin ia hafal semua mahasiswi kampusnya—jadi ia merasa
tidak asing dengan wajah itu. Atau bisa jadi, gadis itu gadis yang hampir saja
ditabraknya saat ia kebut-kebutan Sabtu malam lalu, bisa saja kan?
Arsa melihatnya mulai beranjak
pergi dari jembatan. Bagus deh, bisiknya
dalam hati. Paing tidak, malamnya tidak semakin buruk seandainya gadis itu
benar-benar memutuskan untuk bunuh diri tadi. Seiring dengan langkah gadis itu,
Arsa pun bersiap untuk pergi. Namun sesaat sebelum ia menyalakan mesin motornya,
suara seorang gadis yang terdengar begitu rapuh namun berusaha mengerahkan
seluruh sisa tenaganya untuk berteriak mengurungkan niat Arsa untuk pergi.
“ Lepas!! Lepasin!! “
Suara itu terdengar jelas dari
arah jembatan tempat si gadis tadi berdiri. Sesaat ia ragu apa yang harus
dilakukannya. Matanya bergerak menjelajahi keadaan sekitar. Sunyi dan senyap,
tak ada seorangpun. Hanya ada dirinya, gadis itu, dan entah apa yang terjadi di
atas jembatan sana. Apa harus gue? Haahh..apa
boleh buat. Seketika Arsa langsung berlari menaiki anak tangga menuju ke atas
jembatan. Sesampainya di atas, di hadapannya ia bisa melihat seorang lelaki
berpakaian compang-camping layaknya pengemis menahan kedua tangan seorang gadis
yang tampaknya sedang berusaha melarikan diri. Lelaki itu menjatuhkan si gadis
ke aspal dan si gadis memberontak, tapi rupanya ia sudah kehabisan tenaga.
“ Woi orang tua! Mau ngapain lo? “
Mendengar suara Arsa lelaki paruh
baya itu terkejut dan menoleh ke belakang. Tanpa banyak bicara, Arsa
melayangkan tinjunya ke wajah lelaki itu. Tubuhnya kehilangan keseimbangan
setelah menerima pukulan Arsa dan ia jatuh terduduk. Arsa dapat melihat sedikit
darah di ujung mulut lelaki itu. Ia kemudian mencengkeram kerah baju lelaki
tersebut dan menariknya berdiri lagi.
Ditelusurinya lelaki itu dari
atas sampai bawah. Sungguh ia tak habis pikir apa yang ada di dalam pikiran
bapak paruh baya ini. Arsa mendecakkan lidahnya sambil menggelengkan kepala. Seulas
senyum sinis terbentuk di wajahnya, kemudian ia berkata, “Orang setua bapak
gak malu sama umur ya? Apa gak ada lagi yang bisa dipikirin selain ini?” Arsa
kemudian melepas cengkramannya sambil mendorong si bapak itu menjauh darinya.
“ Pergi sekarang…atau saya bawa
ke kantor polisi.” Kalimat dingin itu meluncur dari mulut Arsa. tanpa ba-bi-bu lagi lelaki
tersebut mengambil langkah seribu dan pergi meninggalkan Arsa juga gadis itu. Arsa
menghela napas panjang sambil berpikir, nasib burukkah ini sampai ia harus
terlibat dalam situasi absurd seperti ini. Ia kemudian melirik gadis yang tidak
bergerak di sebelahnya.
Sepertinya gadis itu pingsan. “Kalo dia pingsan gue mesti apa?!” Arsa meneriakki gadis itu seakan-akan ia bisa mendengarnya.Arsa mencoba menepuk beberapa
kali pipi si gadis sambil berharap ia segera sadarkan diri, “Heh… Aduh heii! Bangun
dong, lo bisa denger suara gue kan?”
*NB : maaf banget lama nge-rep nya hehe :D
No comments:
Post a Comment